FILSAFAT ISLAM SEBAGAI LANGKAH PRAKTIS MEMBENTUK MENTAL MODELS MODERASI BERAGAMA DI INDONESIA
Main Article Content
Abstract
Beragamnya pemahaman sebagai hasil interpretasi (tafsir) terhadap narasi (dalil) agama, dalam konteks ini adalah Islam, seringkali membuat kalangan masyarakat, khususnya Indonesia berada dalam situasi penuh ketegangan. Dengan kata lain, pemahaman-pemahaman yang berbeda antar satu sama lain atas pemaknaan dalil-dalil agama (Islam) dalam setiap kelompok masyarakat menjadi satu alasan tersendiri untuk munculnya muatan-muatan perdebatan, pertengkaran sampai pada munculnya ujaran kebencian. Lebih jauh lagi, perbedaan yang sesungguhnya merupakan sunnatullah yang seharusnya dimaknai sebagai anugerah agar bisa saling melengkapi antar satu sama lain, justru dimaknai sebaliknya. Perdebatan, pertengkaran, bahkan hingga munculnya tindakan-tindakan terorisme muncul dikarenakan pula atas alasan perbedaan tersebut. Di titiklah kemudian menjadi penting bagi tiap-tiap masyarakat untuk belajar lebih dalam dan lebih komprehensif lagi mengenai Islam, dalam arti yang sesungguhnya. Dalam konteks ini adalah belajar filsafat Islam, menjadi sesuatu yang sangat penting, sebab dengan belajar filsafat Islam setidak-tidaknya bisa memberikan satu semesta wacana yang lebih kompleks dan komprehensif tentang beragamnya pendapat atau argumentasi-argumentasi mengenai pemaknaan atas dalil-dalil Islam, baik dalam segi fiqh, muamalah juga pemikiran Islam. Kemunculan Islam sebagai wacana kemanusiaan juga tidak lepas dari adanya disiplin mempelajari keilmuan filsafat Islam (pemikiran Islam). Berdasarkan hasil penelitian yang bersifat deskriptif dengan model pendekatan library research, penulis mendapati bahwa dengan belajar filsafat Islam sekurang-kurangnya bisa menjadi langkah praktis guna membentuk mental models masyarakat untuk mampu memahami dan menumbuhkan nilai-nilai moderasi beragama dalam menjalani kehidupannya. Sebab, mereka yang belajar filsafat Islam tentu akan lebih berkesempatan mendapatkan komprehensi perspektif-perspektif baru dalam area pemikirannya mengenai Islam. Hal ini tentu akan membuat pikirannya jauh lebih luas dalam memahami Islam, agar nantinya tidaKÂ terjebak dalam kekakuan berpikir yang suka sekali menyalah-nyalahkan liyan.